- Ciri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport
Dalam diri individu yang matang kita menemukan seorang
pribadi yang tingkah lakunya ditentukan oleh sekumpulan sifat yang
terorganisasi dan harmonis. Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah
seperangkat sifat yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing
tingkah laku sesuai dengan psinsip otonomi fungsional.
Tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada
individu-individu yang sudah dewasa namun motivasi-motivasinya masih bersifat
kekanak-kanakan. Rupanya tidak semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti
prinsip-prinsip yang jelas dan rasional. Akan tetapi sejauh mana mereka
menghindari motivasi-motivasi yang tidak disadari dan sejauh mana sifat-sifat
mereka tidak lagi berhubungan dengan sumber-sumber yang berasal dari masa
kanak-kanak memang bisa dijadikan ukuran normalitas dan kematangan mereka.
Hanya dalam diri individu yang sangat tergantung kita menemukan orang dewasa
yang bertingkah laku tanpa menyadari apa sebabnya ia bertingkah laku demikian,
yang tingkah lakunya lebih erat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa kanak-kanak daripada dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
kini atau pada masa yang akan datang.
Adapun
ciri-ciri atau kriteria dari kepribadian yang matang menurut Allport yaitu :
- Perluasan diri (extension of the self). Artinya hidupnya tidak boleh terikat secara sempit pada sekumpulan aktifitas yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-kewajiban pokoknya. Harus dapat mengambil bagian dan menikmati macam-macam aktivitas yang berbeda-beda. Salah satu aspek dari perluasan diri adalah proyeksi ke masa depan, yakni merencanakan dan mengharapkan.
- Kemampuan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain (Warm relating of self to other), baik dalam bentuk hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki dasar rasa aman dan menerima dirinya sendiri.
- Memiliki orientasi yang realistik (Self Objectification). Dua komponen utama dari Self Objectification adalah humor dan insight. Insight disini adalah kapasitas individu untuk memahami dirinya sendiri, meskipun tidak jelas bagaimana menemukan suatu standar yang cocok untuk membandingkan kepercayaan-kepercayaan individu yang bersangkutan. Perasaan humor tidak hanya menunjukkan kapasitas untuk menemukan kesenangan dan gelak tawa dalam hal sehari-hari, tetapi juga kemampuan untuk membina hubungan-hubungan positif dengan diri sendiri dan dengan objek-objek yang dicintai, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
- Filsafat hidup (Philosophy of life). Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.
- Kemampuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security). Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.
- Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.
Referensi :
- Hall, S
Calvin. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta : Kanisius
- Suryabrata,
Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers
- Hand Out
pengantar Psikologi Kepribadian, non Psikoanalitik.
- Perkembangan Kepribadian ( Rogers )
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan dan
tidak melakukan riset jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan
orangtuanya. Namun ia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara
alami mendorong proses organism menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom,
sosial dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi
bagian terpisah dari medan fenomena dan semakin kompleks. Self berkembang
secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self
diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku yang
disadari agar tetap konruen dengan struktur self.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang
gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat
dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian
menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan
akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat
tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang
anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin
menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya.
Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan
membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia
meneruskan sesuatu sebagai niali yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir
dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya tidak
mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan, maka
ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari
ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari
orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang
menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan konsep diri yang
tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan kecemasan. Rogers
mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang
sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian antara
pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman terhadap
konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian
diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam perasaan tegang yang tidak
menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan
untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
- Hirarki Kebutuhan Individu ( Maslow )
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi
saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan
ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan
terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan
tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat
berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut :
- Kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
- Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
- Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
- Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
- Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Maslow menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai
sintesis atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena
Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan
Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan
psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan
Adler.
- Ciri-ciri Kepribadian yang Sehat ( Erich Fromm )
Sebelum mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm,
beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm, antara lain pada umur 12
tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan berbakat, sahabat keluarganya,
bunuh diri. Fromm sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang
memahami mengapa wanita tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai
anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh
ketegangan. Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita
depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat.
Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi
observasi terhadap tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14
tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya
ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman
terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila.
Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia
kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan
teman-temannya yang meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa
orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila. Dari pengalaman-pengalaman
yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan
sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari
kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis secara besar-besaran yang
mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu
yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan
orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom
(1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke
abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan
menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari
kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan
manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah
manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964),
dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu
berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya
menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia.
Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi
sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai
binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus
dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya
khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab, identitas,
intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta
norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui
asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau
kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi
sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan
tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk
merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu
menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya
agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Kepribadian yang sehat menurut Erich Fromm adalah pribadi
yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi
dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain
pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun
kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan. Transendensi
(kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif, melampaui perasaan tercipta
menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan berakar yang diperoleh melalui
persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan keterlibatan, cinta,
perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan identitas sebagai
individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of reference) yang
mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai peristiwa. Menurut
tokoh lain, Viktor Frankl, hakekat eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor,
yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Sama seperti Fromm, dan
tokoh-tokoh lain yang menggambarkan kepribadian yang sehat (Carl Rogers,Maslow, Fritz Pearls), Frank juga menegaskan faktor
kebebasan/ independency /otonomi (kebalikan dari ketergantungan). Kegagalan dalam
menegakkan tiga faktor tersebut akan mengakibatkan frustrasi eksistensial yang
ditandai oleh perasaan hampa/absurd (ragu akan makna hidupnya sendiri). Ada 4
segi tambahan dari kepribadian sehat yaitu cinta, pikiran, kebahagiaan, dan
suara hati yang produktif. Cinta yang produktif adalah cinta yang memperhatikan
serta membantu pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Pikiran yang produktif
adalah pikiran yang berfokus pada gejala-gejala dan mempelajarinya secara
keseluruhan, bukan hanya dalam potongan-potongan. Suara hati yang produktif
adalah suara hati yang memimpin dan mengatur diri sendiri. Cinta yang produktif
adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana partner-partner
dapat mempertahankan individualitas mereka. Diri orang tidak terserap atau hilang
dalam cinta terhadap orang lain. Diri tidak berkurang dalam cinta produktif,
melainkan diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan akan hubungan
tercapai, tetapi identitas dan kemerdekaan seseorang terpelihara Cinta yang
produktif itu merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu nafsu. Cinta yang
produktif tidak terbatas pada cinta yang erotis, tetapi mungkin merupakan cinta
persaudaraan. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dari
prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Mencintai orang-orang lain
berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka) kesejahteraan
mereka, membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Mencintai berarti memikul
tanggung jawab untuk orang-orang lain. Fromm mengingatkan bahwa cinta yang produktif
ini sukar dicapai. Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan,
dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat
terhadap objek pikiran. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala
dengan mempelajari dan bukan pada kepingan-kepingan atau potongan-potongan
gejala yang terpisah. Fromm percaya bahwa semau penemuan dan wawasan yang hebat
pasti melibatkan pikiran objektif. Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral
dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif. Kebahagiaan
bukan karena suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan melainkan kondisi
yang meningkatkan seluruh organisme, menghasilkan penambahan gaya hidup,
meningkat kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi seseorang. Fromm menyatakan
bahwa suatu perasaan kebahagiaan merupakan bukti bagaimana keberhasilan
seseorang ”dalam seni kehidupan”. Suara hati ada dua tipe suara hati, yaitu
suara hati otoriter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah
penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang
itu. Apabila orang itu bertingkah laku berlawanan dengan kode moral itu (atau
bahkan berpikir untuk bertingkah laku demikian), maka dia mengalami perasaan
bersalah. Jadi ’wasit’ dari tingkah laku dan pikiran terletak diluar diri dan
bertindak untuk menghalangi fungsi dan pertumbuhan yang penuh dari diri.
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja
Grafindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar