Powered By Blogger

Rabu, 27 Maret 2013

Tulisan 3


Penyesuaian Diri Dan Pertumbuhan Personal

       Penyesuaian Diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu : 

  1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (Adaptations)
  2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (Conformity)
  3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (Mastery) 
       Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (Adaptations), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.

       Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.

       Dengan memaknai Penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindari diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

       Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi.

       Pertumbuhan pribadi/personal manusia adalah suatu proses organis dan bukan suatu proses mekanis. Kita tidak lagi berbicara tentang membangun, melainkan tentang mengasuh, tidak lagi tentang melekatkan dasar-dasar melainkan tentang menumbuhkan akar-akar, tidak lagi menanamkan melainkan menstimulasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan secara baik.

       Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

       Kita sebagai manusia akan selalu mengalami dua aspek Pertumbuhan Pribadi. pada satu pihak, kita mempunyai irama dan bobot pertumbuhan pribadi yang sifatnya individual. Irama serta pertumbuhan bobot ini mungkin cepat mungkin lambat, mungkin sehat dan berlangsung secara baik dari tahap yang satu ke tahap yang lainnya, mungkin sangat menggembirakan dan menghasilkan suatu pribadi yang normal. Namun ada juga orang lain yang irama serta bobot pertumbuhannya kurang baik, kurang sehat, sehingga pribadi yang dihasilkan tidak normal.

Sumber Data : 

Fatimah,N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : Pusaka Setia
www.Wikipedia.com 

Selasa, 26 Maret 2013

Tulisan 2


Teori Kepribadian Sehat 

  • Aliran Psikoanalisa 
Psikoanalisa merupakan bagian dari psikologi yang tak bisa terlepaskan dari kekuatan alam bawah sadar, Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Inilah yang membuat banyak orang berdecak kagum dengan hasil hasil temuan seorang Freud, dan para pengikutnya dengan sebutan Freudian. Karena hasil temuannya membawa perkembangan ilmu psikologi serta penawaran pengobatan dan konsultasi dengan ilmu bawah sadar ini. Dikarenakan pemakan alam bawah sadar manusia lebih sering terpakai dibandingkan dengan alam sadar kita sesungguhnya. Selain itu ajaran ini juga dikembangkan oleh seorang wanita, yang tidak lain adalah anna freud yaitu anak dari Sigmund Freud. Inilah sebagian tentang psikologi analisa yang juga mencenderungkan emosi serta dorongan seksual yang lebih cenderung dalam perkembangan nafsu yang hadir dalam setiap individual :

  1. Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
  2. Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
  3. Manusia lebih didorong oleh dorongan seksual yang sangat agresif
  4. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik baik itu pada masa kanak-kanak yang direpresi serta masa beranjak dewasa yang sangat kompulsif.
Dalam aliran psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini dilihat dari sisi negatif individu, Alam bawah sadar (id,ego,superego,mimpi dan masa lalu).


  • Aliran Behaviorisme 
Behaviorisme yaitu sebagai aliran memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu didalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Selain itu behaviorisme menekankan beberapa faktor dalam teorinya :

  1. Mementingkan faktor lingkungan
  2. Menekankan pada faktor bagian
  3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif
  4. Sifatnya mekanis
  5. Mementingkan masa lalu
Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.


  • Aliran Humanistik 
Para ahli psikologi Humanistik, telah memiliki sudut pandang yang segar terhadap kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe individu yang berbeda dari apa yang digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisa, yaitu bentuk-bentuk psikologi tradisional. Aliran ini menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih baik.
Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. meskipun kebanyakan ahli psikologi humanistik tidak menyangkal bahwa stimulus-stimulus dari luar, instink-instink, dan konflik-konflik masa kanak-kanak mempengaruhi kepribadian, namun mereka tidak percaya bahwa manusia merupakan korban yang tidak dapat berubah dari kekuatan-kekuatan dari negatif.
Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada.

Sumber data :

Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suryabrata Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo Persada.,Jakarta

Senin, 25 Maret 2013

Tulisan 1

 Konsep Sehat


       Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka sering kali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraan nya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan kondisi sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokter pun akan menyatakan pasien nya sehat jika menurut hasil pemeriksaan yang dilakukan mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.

       Kesehatan itu sendiri memiliki arti sebagai sesuatu kondisi sehat jasmani dan rohani serta dalam bidang sosial ekonomi. Kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Sehat juga dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik,emosi,sosial dan spiritual. 


Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental 

       Setelah perang dunia II , Perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang  baru lagi bagi peradaban manusia. Pepatah yunani tentang Mens sana in confore sano merupakan 1 indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.

       Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.

       Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan-setan , roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental di masukan kedalam penjara bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi yang kuat dan berat. Namun lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya. Philippe Pinel di Perancis dan Willian Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praktis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.


Pendekatan Kesehatan Mental

Orientasi Klasik
       
       Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejala nya adalah kehilangan kontak dengan realitas.Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata 'sehat'. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan nya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

Orientasi Penyesuaian Diri 

       Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma lingkungan dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada saat waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat               
suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain.

Orientasi Pengembangan Potensi 

       Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (perawatan jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus.


       Sumber data :  

  1. afand.abatasa.com
  2. Siti Sundari, HS.2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Cetakan pertama. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya 
  3. Bagus Takwin staff UI