Powered By Blogger

Selasa, 03 April 2012

perkembangan ilmu kimia 2


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan suatu cabang ilmu yang di dalamnya mempelajari bangun (strukutur) materi dan
perubahan-perubahan yang dialami materi ini dalam prosesproses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Keenan, 1984). Salah satu ilmu dalam kimia adalah kimia teori, dimana metode matematika yang dikombinasikan dengan hukum dasar fisika akan dapat menjelaskan suatu proses kimia yang bersangkutan. Kimia teori pada mulanya hanya bisa memecahkan masalah sebatas satu atau dua partikel yang bergabung menjadi satu kesatuan partikel, yang mana kemudian memperkenalkan sistem koordinat pusat massa. Tetapi dengan adanya suatu pemecahan masalah secara numerik, dimana hasilnya memiliki tingkat keakurasian yang tinggi, berbagai masalah dalam sistem dengan komponen
penyusun yang agak kompleks dapat dipecahkan. Munculnya piranti komputer membuat perhitungan numerikal dengan angka tinggi semakin akurat. Hal ini menyebabkan munculnya bidang baru dalam kimia yaitu kimia komputasi (Jensen, 2007). Komputer saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai keperluan kimia, misalnya pada NMR spectrometer dan berbagai macam pemodelan untuk suatu reaksi kimia. Kimia komputasi dapat dengan cepat menjelaskan tentang teori kimia, dimana tujuan utamanya adalah untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perhitungan. Kimia komputasi terbagi dalam tiga masalah utama, yaitu mengartikan kode, problem teknik, dan memperkirakan hasil yang berkualitas (Jensen, 2007). Kimia komputasi dapat melakukan perhitungan dengan intensif dan dapat mengolah data dalam jumlah besar. Dari data, sebagai contoh dapat diolah menjadi susunan gen untuk bioinformatik yang digunakan sebagai pembading. Sedangkan perhitungan yang intensif dapat dihubungkan dengan simulasi dari kejadian yang terdapat di alam, dan disebut sebagai model komputasi. Dengan adanya simulasi, terutama menggunakan teori modern mekanika kuantum, kita dapat memahami dan memprediksi reaksi kimia dan juga dapat mempelajari fase-ringkas dari
katalitik, elektrokimia, dan reaksi fotokimia. Banyak reaksi yang melibatkan transfer elektron, dan kadang juga dikombinasikan dengan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Variabel termodinamik merupakan kunci utama dalam menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya electron dalam suatu spesies kimia (Wardman, 1989).

Kimia komputasi ini menggunakan berbagai macam variabel. Variabel yang digunakan dipengaruhi atau ditentukan oleh dari segi mana atau sudut pandang kita dalam memecahkan masalah atau persoalan dalam berbagai macam reaksi kimia. Dalam kimia komputasi variabel yang dapat
digunakan antara lain variabel ruang dan waktu dalam persamaan Schrodinger yang di dalamnya terdapat energi kinetik dengan operator Hamiltonian. Selain variabel diatas juga terdapat variabel lain yang dapat digunakan untuk perhitungan dan menunjang teori yaitu variabel elektronik dan inti (Jensen, 2007).

Variabel inilah yang nantinya kita gunakan alam penelitian ini dengan menggunakan metode struktur
elektron pada partikel yang bebas, dalam artian partikel ini tidak berikatan dengan partikel yang lain. Dengan menggunakan metode ini kita dapat memperkirakan terjadinya transfer muatan pada dye dengan semikonduktor pada sel surya pewarna tersensitasi. Sel surya atau biasa disebut dengan solar cell atau photovolataic cell generasi pertama yang menggunakan silikon diperkenalkan pada tahun 1954 dan digunakan secara luas hingga pertengahan tahun 70an (kazmeski, 1997).

Sebelumnya sel surya dibuat dengan menggunakan tembaga oksida atau perak klorida yang di-coating pada elektroda logam yang direndam dalam larutan elektrolit pada tahun 1839 oleh Becquerel (Smestad, 1998). Sel surya pada dasarnya bekerja dengan mengubah energi matahari menjadi energi
listrik. Sel surya sendiri merupakan merupakan suatu semikonduktor dimana permukaannya cukup luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, sehingga mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Selama ini manusia lebih banyak menggunakan energi kovensional yang berasal
dari minyak bumi maupun gas alam dan batu bara. Hal ini membuat cadangan sumber daya alam ini semakin berkurang dan butuh waktu yang sangat lama untuk kembali memperbaruinya. Oleh karena itu muncul ide untuk menggunakan energi matahari yang tak terbatas dan dapat diperbarui sebagai sumber energi yang baru (Wan, 2004). Tetapi sebelum ditemukan sel surya ini pemanfaatan energi matahari hanya sebatas bentuk energi panasnya. Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang sebagian dapat dideteksi oleh manusia sebagai sinar tampak (Agar, 2005). Digunakannya energi matahari ini sangat menguntungkan. Energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya tidak mengeluarkan limbah, baik gasgas beracun ataupun limbah nuklir yang ditimbulkan pembangkit listrik tenaga nuklir (Cohen, 2004). Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi sel surya juga ikut
berkembang sehingga memberikan keuntungan yang lain. Perkembangan paling berarti dalam penelitian sel surya adalah penemuan sel surya yang menggunakan pewarna tersensitasi (SSPT) oleh Michael Grätzel pada 1991. Sel surya ini disebut juga dengan sel Grätzel, yaitu jenis sel surya yang melibatkan proses absorbsi optis dan proses pemisahan muatan karena keberadaan sensitizer sebagai materi penyerap cahaya dengan semikonduktor berpita lebar yang memiliki struktur morfologi nanokristalin. Keuntungan dari SSPT ini adalah biaya pabrikasi yang relatif murah, dapat dioperasikan di bawah kondisi penyinaran yang terhambur, performa sel dapat dibuat bersifat opaque (Gräzel, 2003).
SSPT memanfaatkan interaksi foton dengan fotosensitizer, khususnya pewarna yang menghasilkan
pewarna tersensitasi untuk menghasilkan energi listrik. Secara umum SSPT tersusun dari jaringan nanokristalin dari semikonduktor dengan band gap yang lebar, semisal TiO2. Jaringan ini kemudian ditutup dengan menggunakan lapisan tunggal molekul-molekul pewarna, semisal Ru. Semikonduktor didepositkan pada elektroda oksida konduktif (TCO) jernih, yang nantinya sel akan dieluminasi melalui
lapisan tersebut. Pori-pori TiO2 diisi dengan elektrolit pasangan redoks (I-/I3-) yang berfungsi sebagai konduktor. Kemudian secara elektrik, elektroda tersebut dihubungkan dengan elektroda platinum. Selama iluminasi, elektron akan diinjeksikan dari pewarna fotoeksitasi ke dalam semikonduktor dan bergerak melalui subtrat TCO. Sedangkan elektrolit akan mereduksi pewarna yang teroksidasi dan
menghantarkan muatan positif ke elktroda Pt (Cohen, 2004;Zaban, 2003). Jadi dalam SSPT terdapat tiga proses yang terlibat, yaitu eksitasi fotosensitizer oleh foton, pemanfaatan pita konduksi pada semikonduktor dan reaksi redoks pada larutan elektrolit.

Prinsip kerja SSPT secara umum adalah foton yang  menerobos kristal nano diabsorb oleh fotosensitizer dan mengeksitasi elektron dari fotosensitizer ke keadaan tereksitasi. Melalui transfer muatan, elektron yang berada pada keadaan tereksitasi akan turun ke pita konduksi dari TiO2 . Selanjutnya dari pita konduksi TiO2 , elektron akan mengalir melalui elektroda menuju elektroda lawan. Elektron yang ada di elektroda lawan akan bereaksi dengan larutan elektrolit yang akan menyebabkan terjadinya reaksi redoks pada 5.elektrolit. Reaksi redoks pada elektrolit pada gilirannya akan memberikan elektron kepada fotosensitizer dan siap untuk dieksitasi lagi untuk memulai siklus berikutnya (Akhlus,2007).

Proses bagaimana elektron dari dye ke pita konduksi inilah yang diteliti secara komputasi dalam penelitian ini. Proses emisi atau turunnya elektron ke pita konduksi ini dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, dalam penelitian ini sudut pandang yang digunakan adalah melalui pendekatan
secara asimetri top. Pendekatan ini didasarkan pada perbedaan level energi pada molekul. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk struktur dari molekul dye itu sendiri. Struktur molekul memiliki harga energi yang berbeda-beda. Dari perbedaan energi inilah yang nantinya akan memberikan kita hasil dalam
percobaan ini bagaimana bentuk struktur dye yang optimum, yaitu yang menghasilkan energi terbesar.

1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menjadikan suatu proses dalam alam dapat dijadikan sebuah model komputasi dengan keakuratan yang tinggi. Selain itu, data-data yang akan dimasukkan dalam variabel juga menjadi masalah tersendiri.

1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya menganalisa dan memprediksikan pengaruh dari perbedaan tingkat energi suatu molekkul dye terhadap energi total yang berpengaruh pada SSPT. Selain itu dalam penelitian ini kita hanya mengandalkan perhitungan numerik dari data yang telah ada dari penelitian sebelumnya.
Hanya dengan menggunakan satu metode perhitungan diharapkan kita dapat menemukan konsisi terbaik dalam kasus ini.

1.4 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperkirakan pengaruh dari perbedaan tingkat energi dari suatud dye terhadap energi total yang dihasilkan. Dari sisin kita dapat mengetahui struktur dye yang seperti apa yang dapat memberikan energi terbesar untuk SSPT secara keseluruhan. Selain itu dari penelitian ini dapat digunakan untuk membandingkan dye seperti apa yang dapat menghasilkan energi terbesar dalam SSPT dengan penggunaan pendekatan perbedaan tingkat energi dan pendekatan menggunakan bilangan kuantum.


BAB II
Pembahasan

Ilmu kimia adalah ilmu alam yang mempelajari tentang perubahan materi, baik perubahan yang terjadi secara kimia atau pun secara fisika. Untuk mengetahui perubahan tersebut dapat dikaji berdasarkan perubahan energi yang menyertai perubahan-perubahan pada materi.
Dalam hal ini diperlukan suatu teori, yaitu termodinamika kimia, di mana teori ini diturunkan dari hukum mekanika. Dan untuk memahaminya diperlukan teori kinetika kimia, di mana teori ini diturunkan dari hukum-hukum kinematika.
Perubahan materi bisa juga dikaji dari sifat-sifat materi sebelum dan sesudah mengalami perubahan untuk mengetahui sifat-sifat materi maka diperlukan teori yang disebut spektroskopi, yang berguna untuk mengkaji struktur dan komposisi materi.
Perkembangan Ilmu Kimia
Awalnya, ilmu kimia berawal dari percobaan-percobaan bermacam materi yang dilakukan dengan mencoba-coba hanya untuk tujuan praktis. Perkembangan ilmu kimia tidak terlepas dari hasil dan cara-cara tradisional yang diperoleh secara kebetulan.
Kemudian, perkembangannya dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno. Oleh karena itu, ilmu kimia memiliki dua landasan yaitu; teoritis dan empiris. Pada masa lampau manusia sering mengkaitkan suatu gejala alam dengan hal yang berbau magis atau supernatural yang akhirnya dikenal sebagai mitos.
Dengan adanya perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia, filsafat Yunani kuno menerangkan peristiwa alam tersebut dengan logika seperti yang dilakukan oleh Aristoteles dan Plato yang mengemukakan bahwa materi di alam ini terdiri dari empat unsur, yaitu: api, tanah, air dan udara. Yang kemudian mengembangkan gagasan mengenai panas, dingin, kering, dan lembap.
Filsuf Yunani mempercayai bahwa materi dapat diubah menjadi materi lain dengan mengubah sifat-sifatnya, seperti api yang panas dapat diubah menjadi air yang dingin. Pandangan tersebut bertahan sampai akhirnya muncul Alkimia, yang pertama kali berkembang di Mesir.
Alkimia
Walaupun konsep yang diberikan oleh pakar alkimia belum merupakan teori ilmiah, namun kehadirannya menyumbangkan perkembangan ilmu kimia berikutnya. Salah satu sumbangan alkimia terhadap perkembangan ilmu kimia adalah pemberian lambang-lambang zat-zat kimia yang ditemukan pada waktu itu. Teori-teori yang lahir pada waktu itu kurang dipublikasikan, ilmuwan-ilmuwan pada waktu itu adalah Ibnu Sina dan Ibnu Hayan.
Pada abad XVI – XVII adalah masa di mana terjadi peralihan antara alkimia ke ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam modern. Beberapa pakar yang mewakili perkembangan ilmu kimia modern adalah: Joseph Priestley (1733 – 1804), Antoine Lavoiser (1743 – 1794), dan John Dalton (1766 – 1844).
Kimia modern lahir sebab temuan-temuannya dilandasi dengan konsep,prinsip dan teori yang dikembangkan melalui kajian eksperimen dan metoda ilmiah. Yaitu dengan melakukan pengamatan, mencari pola berdasarkan pengamatan, perumusan teori, dan pengujian teori.
Pengamatan yang dimaksud adalah mengamati gejala-gejala yang akan diteliti agar dapat melihat dan mengetahui gejala keteraturan dari data yang dihasilkan. Aspek penelitian lainnya adalah eksplansi, yaitu dengan menggunakan suatu atau beberapa hipotesis yang harus dilakukan uji coba yang baru hipotesis berhasil menjadi sebuah teori apabila berhasil melalui serangkaian ujian.

BAB III
Kesimpulan
Ilmu kimia adalah ilmu alam yang mempelajari tentang perubahan materi, baik perubahan yang terjadi secara kimia atau pun secara fisika. Untuk mengetahui perubahan tersebut dapat dikaji berdasarkan perubahan energi yang menyertai perubahan-perubahan pada materi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar